Beritainfonusantara.com
Di sebuah desa di pinggiran Kabupaten Jember, hiduplah seorang pemuda bernama Rohman. Usianya baru 26 tahun ketika memutuskan untuk memulai usaha tempe. Keinginannya sederhana: ingin membantu orang tua dan berdiri di atas kaki sendiri. Namun perjalanan menuju kesuksesan tidak pernah mudah.
Awal yang Penuh Keterbatasan
Rohman berasal dari keluarga sederhana. Setelah lulus SMA, Rohman tidak langsung melanjutkan kuliah karena masalah biaya.
Suatu hari, ia melihat tetangga yang membuat tempe rumahan. “Tempe itu makanan semua kalangan,” pikir Rohman. “Bahan bakunya murah, tapi kalau diolah dengan benar, nilainya bisa tinggi.”
Dari situ, muncul ide besar: usaha tempe.

Modal Nol, Niat 100%
Rohman tidak punya modal. Ia meminjam Rp 200.000 dari ibunya—itu pun hasil tabungan kecil dari jualan pasar. Dengan uang itu.
Ia belajar proses fermentasi dari YouTube dan bertanya ke tetangga yang sudah lama membuat tempe. Hari pertama produksi, tempenya gagal—kedelai terlalu basah dan berjamur hitam.
Namun ia tidak berhenti.
Belajar dari Kegagalan
Rohman mencatat setiap kesalahan: durasi perendaman, suhu ruangan, takaran ragi. Ia bereksperimen, mencoba lagi dan lagi. Minggu ketiga, ia akhirnya menghasilkan tempe padat, putih, dan harum.

Ia mulai menjualnya ke warung-warung kecil di sekitar pinggiran kampus yang sekarang lagi trend buka 2×24 jam toko sayur. Keuntungan pertama yang ia dapatkan hanya Rp 50.000. Tapi bagi Rohman, itu seperti emas.

Nama “Tempe Aby” yang di ambil dari nama anaknya *MUHAMMADHATSBY* Mulai Dikenal
Ketika permintaan semakin banyak, Rohman membuat merek: “Tempe ABY – Tempe Lembut dari Tangan Pemuda Jember.”
Ia desain logonya sendiri menggunakan HP.
Ternyata strategi itu berhasil. Tempenya dikenal karena rasanya yang gurih, tidak cepat asam, dan harganya stabil saat produk lain naik turun.
Dari Dapur Sempit ke Rumah Produksi
Dalam setahun, produksi tempe Rohman meningkat drastis:
Awalnya 5 kg kedelai → menjadi 50 kg per hari dan sekarang ratusan kilo
Dari 3 warung → menjadi 80 lebih distributor kecil
Rohman menggunakan keuntungan untuk memperbesar usaha, bukan untuk hal lain. Ia membangun dapur produksi sederhana di belakang rumah, membeli alat pengukus lebih besar, dan memperkerjakan beberapa saudara dan tetangganya.
Menjadi Pengusaha Tempe Termuda di Jember
Ketika usianya 27 tahun, Rohman masuk liputan media lokal karena dianggap pengusaha tempe termuda dengan pertumbuhan usaha tercepat di Jember.
Ia kemudian mendapatkan:
Pelatihan UMKM dari Dinas Perindustrian
Produknya juga mulai dipasarkan ke minimarket lokal dan layanan belanja online.
Filosofi Sukses Rohman
Dalam setiap wawancara, Rohman selalu mengulang tiga prinsip:
Mulai dari apa yang ada. Jangan menunggu modal besar tetep istiqomah dan ikhtiar kepada allah swt.
Konsisten. Produksi harus tetap, kualitas harus stabil.
Berani gagal. Setiap kesalahan adalah guru terbaik.
Kini…
Tempe Aby sudah mencapai produksi ratusan kilogram per bulan. Rohman membuka lapangan pekerjaan untuk warga sekitar dan menjadi inspirasi anak muda jember.
Dari pemuda tanpa modal, ia berubah menjadi pengusaha sukses—semuanya dimulai dari dapur kecil dan mimpi besar.
Pewarta:lim,sh










